Penyebab dan
Cara Mengatasi Anak Terlambat BerBicara
Terdapat 2 hal proses terjadinya anak berbicara,
yaitu proses sensoris dan motorik. Aspek
sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi
untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk
artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk
pengeluaran suara.
Normalnya anak usia 1,5 tahun sudah bisa
mengucapkan minimal 5 kata secara konsisten seprti memanggil mama, papa, ini,
itu, apa, nggak. Saat memasuki usia 2 tahun anak sudah mampu merangkai kata.
Semisal : bikin susu, susu tumpah, mau makan, dll, kemudian akan berkembang
apabila umur anak lebih dari 2thn, biasanya sudah dapat mengucapkan 1 kalimat
sederhana seperti, lampu mobil mati, kucing lagi bobo,dll.
Seorang anak digolongkan terlambat berbicara
jika umur anak sudah mencapai >2 atau 3 tahun tapi belum juga bisa berbicara
dengan lancar atau hanya bisa mengucapkan potongan kata saja.
Anak yang mengalami keterlambatan bicara
sebenarnya memiliki soaial-emosional dan perkembangan intelegensi yang normal
seperti anak lainnya. Masalah anak terlambat bicara dialami 5-10 persen
anak-anak usia prasekolah dan cenderung lebih sering dialami anak laki-laki
ketimbang perempuan.
Keterlambatan bicara pada anak bisa disebabkan
berbagai faktor, antara lain:
1.
Mengalami hambatan pendengaran ( Untuk
Kasus-kasus tertentu )
Bila anak mengalami kesulitan
dalam pendengaran, secara otomatis menyebabkan anak kesulitan meniru, memahami,
dan menggunakan bahasa. Masalah pendengaran pada anak biasanya disebabkan
adanya infeksi telinga.
2.
Hambatan perkembangan otak
Adanya gangguan pada daerah
oral-motor di otak mengakibatkan ketidakefisienan hubungan di daerah otak
yang berperan untuk menghasilkan bicara. Sehingga kondisi ini dapat menyebabkan
anak kesulitan menggunakan bibir, lidah, dan rahang untuk menghasilkan bunyi.
3.
Adanya masalah keturunan
Keterlambatan bicara juga bisa
dipengaruhi oleh faktor keturunan. Meski belum ada penelitian yang bisa
membuktikan kebenarannya, tapi biasanya anak yang terlambat bicara ternyata
memiliki riwayat keluarga yang mengalami gangguan yang sama.
4. Minimnya
komunikasi dengan anak sebaya / seumuran
Biasanya anak bisa terbantu dengan teman-teman sebaya mereka
yang lebih dulu bisa berbicara. Biasany, apabila berada di komunitas anak-anak
yang lebih dulu dapat berbicara dengan lancer anak cenderung ingin mengikuti
agar dapat berinteraksi.
5. Komunikasi
dengan orangtua yang kurang tepat.
Interaksi dan komunikasi antara
orangtua dengan anak bisa menstimulasi anak untuk memperbanyak kosa katanya.
Sayangnya, beberapa orangtua tidak menyadari jika cara berkomunikasi mereka
berpengaruh terhadap perkembangan anak, Berkomunikasi dengan anak tidak hanya
sekedar memerintah sang anak, misal : menyuruh bobo, menyuruh mencuci kaki,
dlll.
Komunikasi
yang baik antara orangtua dengan anak, yaitu :
1. Dengan
mengajak ngobrol sang anak, semisal ingin mengajak bobo :
Raizel bobo!
( Kurang tepat )
Raizel sini
deh mama mau nanya, raizel udah ngantuk belum? Ayo bobo sama mama. ( Lebih tepat )
2. Usahakan
untuk menatap mata sang anak, agar komunikasi terjalin 2 arah, sehingga anak
dapat merespon, walaupun hanya sekedar anggukan. Atauw celotehan.
3. Ajaklah
anak berbicara dengan kalimat yang cukup panjang dan jelas, agar anak dapat
mengikuti dengan mudah.
4. Jangan
berbicara terlalu cepat.
5. Mainkan
nada berbicara anda dengan menirukan cara orang berdongeng ( Biasanya anak
lebih tertarik untuk mengikuti )
6. Usahakan
anak melihat gerakan bibir Anda ketika mengucapkan kata-kata tersebut.
Misalnya, susu bukan cucu, minum bukan mik atu num, makan bukan maem atau
mamam.
5. Faktor
Televisi
Anak yang sering menonton
televisi akan menjadi pendengar yang pasif, anak hanya menerima tanpa harus
mencerna dan memproses informasi yang masuk. Menonton televisi juga bisa
membuat anak menjadi traumatis karena menyaksikan tayangan yang berisi adegan
perkelahian, kekerasan, dan seksual.
Jika orangtua sudah menyadari adanya gejala
keterlambatan bicara pada anak, maka sebaiknya lakukan hal berikut ini:
1. Konsultasikan anak ke dokter atau psikolog
tentang tumbuh kembang anak, bicarakan pada para ahli tentang tumbuh kembang anak
dan kemampuan apa saja yang sudah bisa dikuasainya.
2. Berikan anak kesempatan untuk berinteraksi dan
bermain dengan teman-teman sebayanya. Kegiatan ini bisa memotivasi anak untuk
belajar bicara karena bermain dengan anak-anak lainnya membutuhkan kemampuan
komunikasi verbal.
Bisa dengan memasukkan anak di kelompok bermain
seperti Daycare, Playgroup, Bimbingan Belajar, dll
3. Ibu bisa menstimulasi anak dengan mengajaknya
berkomunikasi meskipun anak belum mampu berbicara dengan baik. Ibu bisa
mengajak anak untuk membacakan dongeng dan bernyanyi. Apabila tidak dapat
melakukan sendiri, dapat memasukkan anak ke Komunitas dengan kegiatan-kegiatan
seperti itu, misalnya Daycare, Playgroup, Bimba,dll.
Keuntungan Mengajak anak untuk mengikuti
kegiatan di
Daycare
Dua studi baru menemukan bahwa daycare
dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan meningkatkan sistem imun
anak.
Studi pertama memerlihatkan, anak yang
dititipkan di TPA secara signifikan tidak memiliki keterlambatan bicara pada
usia 3 dibandingkan mereka yang hanya diawasi di rumah oleh orang tua atau baby
sitter.
“Anak pada umur 1 dan 1,5 tahun yang
kesehariannya di daycare umumnya dapat menerima stimulasi bahasa
secara intensif dari anak-anak seumurannya dibandingkan mereka yang hanya
tinggal di rumah. Hal ini akan lebih membantu kemampuan mereka berbahasa,” kata
Ratib Lekhal, kandidat doktor di Norwegian Institute of Public Health,
Depertement of Children and Adolescent Mental Health.
Kedekatan antar anak di daycare
juga dapat membantu meningkatkan kesehatan anak. Studi kedua yang
dipublikasikan di The Archives of Pediatric and Adolescent Medicine, mendapati
bahwa anak yang berada di daycare lebih sering terserang infeksi
pernapasan dan telinga, tapi pada umur 5, mereka memiliki pertahanan dan
imunitas lebih daripada anak yang hanya
Penyebab dan
Cara Mengatasi Anak Terlambat BerBicara
Terdapat 2 hal proses terjadinya anak berbicara,
yaitu proses sensoris dan motorik. Aspek
sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi
untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk
artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk
pengeluaran suara.
Normalnya anak usia 1,5 tahun sudah bisa
mengucapkan minimal 5 kata secara konsisten seprti memanggil mama, papa, ini,
itu, apa, nggak. Saat memasuki usia 2 tahun anak sudah mampu merangkai kata.
Semisal : bikin susu, susu tumpah, mau makan, dll, kemudian akan berkembang
apabila umur anak lebih dari 2thn, biasanya sudah dapat mengucapkan 1 kalimat
sederhana seperti, lampu mobil mati, kucing lagi bobo,dll.
Seorang anak digolongkan terlambat berbicara
jika umur anak sudah mencapai >2 atau 3 tahun tapi belum juga bisa berbicara
dengan lancar atau hanya bisa mengucapkan potongan kata saja.
Anak yang mengalami keterlambatan bicara
sebenarnya memiliki soaial-emosional dan perkembangan intelegensi yang normal
seperti anak lainnya. Masalah anak terlambat bicara dialami 5-10 persen
anak-anak usia prasekolah dan cenderung lebih sering dialami anak laki-laki
ketimbang perempuan.
Keterlambatan bicara pada anak bisa disebabkan
berbagai faktor, antara lain:
1.
Mengalami hambatan pendengaran ( Untuk
Kasus-kasus tertentu )
Bila anak mengalami kesulitan
dalam pendengaran, secara otomatis menyebabkan anak kesulitan meniru, memahami,
dan menggunakan bahasa. Masalah pendengaran pada anak biasanya disebabkan
adanya infeksi telinga.
2.
Hambatan perkembangan otak
Adanya gangguan pada daerah
oral-motor di otak mengakibatkan ketidakefisienan hubungan di daerah otak
yang berperan untuk menghasilkan bicara. Sehingga kondisi ini dapat menyebabkan
anak kesulitan menggunakan bibir, lidah, dan rahang untuk menghasilkan bunyi.
3.
Adanya masalah keturunan
Keterlambatan bicara juga bisa
dipengaruhi oleh faktor keturunan. Meski belum ada penelitian yang bisa
membuktikan kebenarannya, tapi biasanya anak yang terlambat bicara ternyata
memiliki riwayat keluarga yang mengalami gangguan yang sama.
4. Minimnya
komunikasi dengan anak sebaya / seumuran
Biasanya anak bisa terbantu dengan teman-teman sebaya mereka
yang lebih dulu bisa berbicara. Biasany, apabila berada di komunitas anak-anak
yang lebih dulu dapat berbicara dengan lancer anak cenderung ingin mengikuti
agar dapat berinteraksi.
5. Komunikasi
dengan orangtua yang kurang tepat.
Interaksi dan komunikasi antara
orangtua dengan anak bisa menstimulasi anak untuk memperbanyak kosa katanya.
Sayangnya, beberapa orangtua tidak menyadari jika cara berkomunikasi mereka
berpengaruh terhadap perkembangan anak, Berkomunikasi dengan anak tidak hanya
sekedar memerintah sang anak, misal : menyuruh bobo, menyuruh mencuci kaki,
dlll.
Komunikasi
yang baik antara orangtua dengan anak, yaitu :
1. Dengan
mengajak ngobrol sang anak, semisal ingin mengajak bobo :
Raizel bobo!
( Kurang tepat )
Raizel sini
deh mama mau nanya, raizel udah ngantuk belum? Ayo bobo sama mama. ( Lebih tepat )
2. Usahakan
untuk menatap mata sang anak, agar komunikasi terjalin 2 arah, sehingga anak
dapat merespon, walaupun hanya sekedar anggukan. Atauw celotehan.
3. Ajaklah
anak berbicara dengan kalimat yang cukup panjang dan jelas, agar anak dapat
mengikuti dengan mudah.
4. Jangan
berbicara terlalu cepat.
5. Mainkan
nada berbicara anda dengan menirukan cara orang berdongeng ( Biasanya anak
lebih tertarik untuk mengikuti )
6. Usahakan
anak melihat gerakan bibir Anda ketika mengucapkan kata-kata tersebut.
Misalnya, susu bukan cucu, minum bukan mik atu num, makan bukan maem atau
mamam.
5. Faktor
Televisi
Anak yang sering menonton
televisi akan menjadi pendengar yang pasif, anak hanya menerima tanpa harus
mencerna dan memproses informasi yang masuk. Menonton televisi juga bisa
membuat anak menjadi traumatis karena menyaksikan tayangan yang berisi adegan
perkelahian, kekerasan, dan seksual.
Jika orangtua sudah menyadari adanya gejala
keterlambatan bicara pada anak, maka sebaiknya lakukan hal berikut ini:
1. Konsultasikan anak ke dokter atau psikolog
tentang tumbuh kembang anak, bicarakan pada para ahli tentang tumbuh kembang anak
dan kemampuan apa saja yang sudah bisa dikuasainya.
2. Berikan anak kesempatan untuk berinteraksi dan
bermain dengan teman-teman sebayanya. Kegiatan ini bisa memotivasi anak untuk
belajar bicara karena bermain dengan anak-anak lainnya membutuhkan kemampuan
komunikasi verbal.
Bisa dengan memasukkan anak di kelompok bermain
seperti Daycare, Playgroup, Bimbingan Belajar, dll
3. Ibu bisa menstimulasi anak dengan mengajaknya
berkomunikasi meskipun anak belum mampu berbicara dengan baik. Ibu bisa
mengajak anak untuk membacakan dongeng dan bernyanyi. Apabila tidak dapat
melakukan sendiri, dapat memasukkan anak ke Komunitas dengan kegiatan-kegiatan
seperti itu, misalnya Daycare, Playgroup, Bimba,dll.
Keuntungan Mengajak anak untuk mengikuti
kegiatan di
Daycare
Dua studi baru menemukan bahwa daycare
dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan meningkatkan sistem imun
anak.
Studi pertama memerlihatkan, anak yang
dititipkan di TPA secara signifikan tidak memiliki keterlambatan bicara pada
usia 3 dibandingkan mereka yang hanya diawasi di rumah oleh orang tua atau baby
sitter.
“Anak pada umur 1 dan 1,5 tahun yang
kesehariannya di daycare umumnya dapat menerima stimulasi bahasa
secara intensif dari anak-anak seumurannya dibandingkan mereka yang hanya
tinggal di rumah. Hal ini akan lebih membantu kemampuan mereka berbahasa,” kata
Ratib Lekhal, kandidat doktor di Norwegian Institute of Public Health,
Depertement of Children and Adolescent Mental Health.
Kedekatan antar anak di daycare
juga dapat membantu meningkatkan kesehatan anak. Studi kedua yang
dipublikasikan di The Archives of Pediatric and Adolescent Medicine, mendapati
bahwa anak yang berada di daycare lebih sering terserang infeksi
pernapasan dan telinga, tapi pada umur 5, mereka memiliki pertahanan dan
imunitas lebih daripada anak yang hanya